##plugins.themes.academic_pro.article.main##

Abstract

Awal Islam dikembangkan di Minangkabau mendapat perlawanan oleh kaum adat sehingga terjadi perperangan yang mengakibatkan pertumpahan darah. Namun setelah kedua belah pihak menyadari bahwa perperangan tersebut tidak akan menyelesaikan permasalahan, maka diadakan musyawarah di Bukit Marapalam”. Hasil musyawarah melahirkan kebijakan dengan ungkapan “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”. Untuk menjaga kebijakan tersebut maka hari demi hari, waktu demi waktu ungkapan tersebut diperkokoh dengan ungkapa-ungkapan bijak berikutnya seperti; Adat dan Agama Bagaikan Aur dan Tebing Keduanya Sanda Menyanda,  Syarak Mangato Adat Mamakaikan, Syarak Batalanjang Adat Basisampiang, Syarak Nan Kawi Adat Nan Lazim. Sebagai seorang ulama Syekh Sulaiman al-Rasuli, telah berjasa pula melakukan pengintegrasian adat dan agama di Minangkabau. Upayanya terlihat dari ceramah-ceramah agamanya di masjid-masjid dan dari beberapa karya tulisnya. Seperti ungkapannya” jika ada adat yang tidak sesuai dengan ajaran agama maka itu bukan adat Minangkabau namun adat jahiliah”. Kemudian ia kokohkan dengan ungkapan bijak yang belum ada pengokohan baru hingga sekarang “Adat Bapaneh Syarak Balinduang”

Keywords

Integrasi, Adat, Agama

##plugins.themes.academic_pro.article.details##

How to Cite
Asril. (2021). SYEKH SULAIMAN AL-RASULI: INTEGRASI ADAT DAN AGAMA DI MINANGKABAU. Khazanah: Jurnal Sejarah Dan Kebudayaan Islam, 11(1), 55–69. https://doi.org/10.15548/khazanah.v11i1.525

##journal.references##

  1. Asril, (2020). Sejarah Intelektual Islam: Syekh Sulaiman al-Rasuli (1871-1970) Pemahaman Agama dan Adat, Disertasi, Palembang: Universitas Islam Negeri Raden Fatah
  2. Daya, Burhanuddun, (1995). Gerakan Pembaharuan Pemikiran Islam: Kasus Sumatera Thawalib, Jakarta: Tiara Wacana
  3. Hamka, (1963). Adat Minagkabau Menghadapi Revolusi, Jakarta: Firma Tekad
  4. Hamka, (1948). Islam dan Adat Minangkabau, Jakarta: Pustaka Panjimas
  5. Hans Dieter,Korff Rudiger, Evers,(2001). Southeast Asian Urbanism, LIT Verlag Munstcr
  6. Jamal, Murni, (2002). DR. H. Abdul Karim Amrullah: Pengaruhnya dalam gerakan pembaharuan Islam di Minangkabau pada Awal Abad ke-20, Jakarta: INIS
  7. Khatib al-Minangkabawi ,Ahmad, (1309. H). ad-Da’i al-Masmu’ Fi ar-radd ‘ala man yuwarris al-Ikhwat wa al-Aulad wa al-Akhawat ma’a wujud al-Usul wa al-Furu’ , Misr
  8. Manggis Dt.Radjo Panghoeloe, M Rasjid, (1985). Sejarah Ringkas Minangkabau dan Adatnya, Jakarta: Mutiara Sumber Jakarta
  9. Mudhafier, Fadhlan, (2013). Syekh Ahmad Khatim al-Minangkabawy: Pemikiran dan Perjuangannya, Monograf, Jakarta: Kemala Indonesia
  10. Radjab, Muhammad (1969). Sistem Kekerabatan di Minangkabau, Center for Minangkabau Studies
  11. Rusli, Bahruddin, (1978). Ayah Kita, Candung: Tampa Penerbit
  12. Schricke, B.J.O, (1973). Pergolakan Agama di Sumatera Barat, Sebuah Sumbangan Bibliografi, Jakarta: LIPI
  13. Sulaiman al-Rasuli, Syekh, (1939). Pedoman Hidoep di Alam Minangkabau (Nasihat Siti Budiman) menoeroet Garisan Adat dan Syara’ , Bukittinggi Direkrij Tsamaratul Ikhwan
  14. Sulaiman al-Rasuli, Syekh, (1964). Sari Pati Sumpah Satie Bukit Marapalam, Surat Wasiat ,Canduang
  15. Sulaiman al-Rasuli, Syekh, (1927). Asal Pangkat Penghulu dan Pendiriannya, Bukittinggi: Direkrij
  16. Sulaiman al-Rasuli, Syekh, (1927). Pertalian Adat dan Syarak yang Terpakai di Alam Minangkabau Lareh nan Duo Luhak nan Tigo, Fort de Kock: Matba’ah Islamiyah